MAKASSAR - Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dipenetrasi oleh ekosistem startup yang dinamis dan internet yang tumbuh cepat dalam beberapa tahun terakhir. Dikutip dari Statista, pada tahun 2023 ekosistem startup Indonesia menempati peringkat kedua di kawasan Asia Tenggara.
Melihat ekosistem yang besar ini, upaya untuk menciptakan bibit-bibit founder startup digital tentunya menjadi sangat penting, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki potensi namun belum sepenuhnya tereksplorasi. Sulawesi Selatan, khususnya Makassar yang dikenal dengan istilah Kota Daeng, sempat menjadi sorotan, karena berhasil masuk dalam daftar Smart City Dunia, dirilis oleh The Smart City Observatory (SCO) tahun 2023. Hal ini kemudian menjadi salah satu alasan digelarnya #Hack4ID oleh Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dengan tema Smart City, di IndigoHub Makassar pada tanggal 2-3 Maret 2024.
Baca juga:
Panglima TNI Terima Audensi Dirut PT. INTI
|
#Hack4ID merupakan sebuah kegiatan ideasi yang dikemas dalam bentuk hackathon dengan tujuan menghasilkan solusi inovatif dan berteknologi untuk masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Kegiatan ini didesain khusus untuk mendampingi angkatan produktif Indonesia, bekerjasama dengan industri dan pemerintah untuk membangun dan memperkokoh kolaborasi menuju ekosistem digital yang berkelanjutan di daerah.
Pada kegiatan ini, peserta dibina agar bisa menerapkan asas-asas design thinking untuk memahami convergent and divergent thinking process. Tak hanya itu, salah satu aspek yang sangat penting dari #Hack4ID adalah pendampingan dan pembinaan. Peserta yang notabene adalah calon founder diberikan kesempatan untuk belajar dari para mentor yang berpengalaman dalam industri startup. Dengan demikian, calon founder tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga dalam mengembangkan solusi teknologi, tetapi juga memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu mereka menjadi founder startup yang sukses di masa depan.
Di hari pertama, peserta belajar membangun user journey, dimana setiap tim mulai berkenalan dan mulai bekerjasama dalam memetakan stakeholder. Selanjutnya ada How Might We, di mana seluruh anggota bercerita mengenai pengalaman, hasil temuan, dan informasi yang mereka ketahui dari alur user journey yang sudah dibuat. Di tahapan ini seluruh anggota bekerja secara individu (diverging) untuk mencoba mempraktikkan empathy dan menemukan sebanyak-banyaknya kendala-kendala yang ada dalam masing-masing user journey yang telah dibuat. Pada tahapan selanjutnya, para peserta melakukan heat mapping atau voting dan sprint goal setting, disini para peserta bekerja secara converging untuk membangun sebuah problem statement dari masing-masing tim.
Selanjutnya pada hari kedua, peserta memulai kegiatan dengan proses diverging di mana masing-masing anggota tim menuliskan sebanyak-banyaknya hasil riset dan feedback yang diberikan oleh para mentor untuk membangun sebuah feedback museum. Seluruh feedback tersebut kemudian dijadikan bahan convergent thinking lagi, sehingga tim bisa membaca dan bertanya mengenai seluruh inspirasi yang telah didapatkan dalam feedback museum-nya. Dari diskusi ini, kembali dilakukan diverging, dimana peserta diminta untuk membangun delapan ide-ide gila awal sebagai fondasi untuk nantinya memproses inspirasi-inspirasi dan ide-ide tersebut menjadi sebuah solution sketch. Dari solution sketch kemudian dilakukan converge, untuk memilih tahapan yang dianggap perlu untuk diimplementasikan ke dalam solusi, dan berdiskusi bersama anggota tim serta mentor, mematangkan fitur-fitur dari inovasi yang ingin dikembangkan.
Tak hanya itu, #Hack4ID juga menjadi ajang untuk membangun jaringan dan ekosistem yang kuat bagi para pelaku industri startup di Sulawesi Selatan. Melalui kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan perusahaan swasta, diharapkan akan tercipta lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan startup-startup lokal.
Dari 32 peserta, akhirnya berhasil terbentuk 6 ide startup baru, yaitu: Juku Oceanic Smoke, platform yang menjembatani nelayan dan pengepul ikan; Indonesia Local Languages Dictionary (IL2D), aplikasi kamus khusus bahasa daerah yang dapat memudahkan wisatawan untuk berkomunikasi dengan warga lokal; We Care, platform yang fokus ke masalah kesehatan mental remaja; Digicounting, aplikasi untuk membantu pembukuan para UMKM; Booking Me Wedding, platform penghubung vendor dengan customer yang membutuhkan layanan event organizer; dan yang terakhir, Vtrans, aplikasi visual translator bahasa isyarat bagi teman tuli dan teman dengar.
Baca juga:
6 UPCOMING Supercars And Hypercars 2023
|
Patricia Eugene Gaspersz, Senior Manager Program Indigo mengatakan bahwa “Untuk ketiga kalinya #Hack4ID ini diadakan di IndigoHub Makassar, tentu saja kami menaruh harapan terciptanya calon founder startup digital yang tangguh dan berdaya saing. Kolaborasi ini bukan hanya tentang menciptakan ide-ide baru, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh bagi ekosistem startup lokal yang berkembang di wilayah ini."
Sejak tahun 2013 hingga saat ini, program Indigo https://indigo.id/ telah membantu lebih dari 200 perusahaan rintisan digital di Indonesia dengan fokus meningkatkan inovasi dan kualitas bisnis mereka. Melalui program Indigo, Telkom berkomitmen untuk mendukung ekosistem startup digital yang dapat mempercepat transformasi digital di Indonesia. Tujuannya agar startup berperan dalam penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan berkontribusi pada ekonomi yang berkelanjutan melalui solusi dan inovasi yang ditawarkannya.
Dengan dukungan penuh dari program Indigo dan berbagai pihak lainnya, #Hack4ID Sulawesi Selatan 2024 diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam membangun ekosistem startup digital yang inklusif dan berkelanjutan di daerah ini. Melalui upaya bersama untuk menciptakan bibit-bibit founder startup digital yang berkualitas, Sulawesi Selatan akan semakin menjadi pusat inovasi dan teknologi yang memimpin di Indonesia.